Pendekatan kedaerahan dalam melontar joke juga bisa mempengaruhi kelucuan. Karena itulah, komedian perlu mengetahui wilayah yang akan didatangi.
Perbedaan budaya juga bisa membuat sebuah joke kehilangan daya tawanya. Itu bisa terjadi bila kita tidak mengetahui budaya masyarakat setempat. Ketika pelawak Jakarta berpentas di daerah Jawa Tengah, misalnya, akan lebih arif bila kita memanfaatkan budaya lokal untuk membuat joke.
- Komedian 1 : Saya kira kota yang paling dingin Bogor. Apalagi di puncak. Tidak tahunya Tegal lebih dingin lagi, sampai semua makanannya ikut dingin.
- Komedian 2 : Gue baru tahu tuh.
- Komedian 1 : Pas gue ke rumah pak rt, dibikinin kopi. Dia bilang, minum kopi dingin. Waktu mau makan, dia bilang nasi dingin. Waktu tadi mau naik ke panggung, dibilang naik tangga dingin. Bayangin sampe tangga aja ikut dingin.
- Komedian 2 : Ngaco lu. Dingin itu arti lebih dulu. Minum kopi dingin artinya minum kopi dulu.
Pendekatan kedaerahan seperti ini mempunyai dua maksud. Pertama, sebagai penghargaan kita terhadap budaya setempat. Kedua, untuk ikut melibatkan secara emosional audiens kita dalam performance. Dengan begitu, joke-joke kita dapat dicerna dengan baik.
Yang termasuk dalam budaya ini, kita perlu juga mengamati keadaan daerah yang kita kunjungi itu. Kita harus sedikit memiliki data perihal lagu-lagu daerah kesenangan, joke daerah, tokoh daerah—seperti yang tercantik, yang terjahat, yang ditakuti—makanan khas, pakaian khas, isu yang lagi hot.
Seorang komedian juga seorang pembicara publik, dia harus memahami prinsip-prinsip public speaking, yaitu untuk mengenali audiensnya sebelum tampil. Dia harus mempersiapkan diri untuk keberhasilannya mengundang tawa. Begitu ya. Salam.
Baca juga:
- Penulis Skrip Komedi Kudu Jeli Memilih Pemain
- Lucu itu Harus Ada Lantarannya
- Salah Benar Penting, Biar Saling Memahami
- Mau Bikin Joke Ciamik, Banyak-Banyak Makan Joke
- Biarkan Kata Menjadi Dirinya Sendiri
Pingback:Silakan, Mau Naik Ojek atau Ojeg - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Bugil Sudah Pasti Telanjang - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Struktur Sosial Menentukan Jenis Joke - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Joke Kian “Strong” dengan Tone dan Dialek - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Jangan Kacau, Bikin Enggak Lucu - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Biarkan Kata Menjadi Dirinya Sendiri - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Mau Bikin Joke Ciamik, Banyak-Banyak Makan Joke - Tri Adi Sarwoko