Saya jadi teringat dengan teori cermin diri yang mengatakan bahwa diri kita adalah apa yang orang lihat. Saya setuju dengan teori ini. Beranalogi ke teori ini, saya bisa mengatakan, kalimatmu adalah dirimu. Kok, begitu ya?
Kalimat yang kita tulis sejatinya menunjukkan jalan atau cara berpikir kita. Kalimat hanyalah alat untuk menuliskan apa yang kita pikirkan. Logika berpikir kita benar, kalimat kita juga benar dan mudah dicerna. Kalau cara berpikir kita tidak benar, kalimat yang kita tulis susah dimengerti.
Nah, kalimat yang menunjukkan kekacauan berpikir itu, disebut juga kalimat rancu atau kontaminasi. Mengenai hal ini, pakar bahasa kita Jus Badudu pernah bilang, kalimat kontaminasi atau kalimat rancu ialah kalimat yang kacau susunannya. Itu terjadi karena kalimat itu terdiri dari dua bagian yang tidak cocok hubungannya (1989:113). Misalnya:
- Dengan telepon seluler membuat komunikasi makin mudah.
Kalimat tersebut menjadi rancu karena mengambil bagian yang berbeda dari dua kalimat. Yaitu: (1) Dengan telepon seluler komunikasi makin mudah; dan (2) Telepon seluler membuat komunikasi makin mudah. Kalimat itu akan menjadi kalimat yang benar bila kata dengan dihilangkan sehingga menjadi:
- Telepon seluler membuat komunikasi makin mudah.
Kerancuan
Namun, umumnya kerancuan terjadi karena penggunaan kata depan di awal kalimat yang kurang tepat. Itu terjadi karena penulis kurang menguasai struktur kalimat yang baik. Atau, itu terjadi karena penulis malas memeriksa kembali kalimat yang dibuatnya setelah selesai menulis.
Jika itu tetap saja terjadi jangan-jangan memang ada kekacauan dalam cara berpikir penutur sehingga kalimat yang dibuatnya selalu rancu. Berikut contoh kalimat rancu sehingga kita bisa menghindari kesalahan seperti ini.
- Di antara negara sahabat yang berminat membeli alutsista dari PT Pindad.
- Dengan kemarau panjang membuat panen kali ini tak dapat diharapkan.
- Bagi pelintas batas yang tidak memenuhi syarat akan dikembalikan dengan paksa.
- Di rumah yang megah itu disatroni gerombolan pencoleng minggu lalu.
Tahu dong, di mana kesalahan kalimat-kalimat di atas. Bagaimana caranya biar kita tidak menulis kalimat rancu? Tidak ada cara lain selain berlatih. Lagi pula, kalau kalimat kita rancu, malu dong jika dibilang cara berpikir kita kacau. Salam
Baca juga:
- Siapa yang Menemukan Anda, Pasti Canggih dan Heboh
- Jangan Asal Penggal, Ada Etikanya
- Teknik Biar Bisa Memanen Tawa
- Strategi Pertempuran Merebut Tawa
- Aku, Mahasiswiku, dan Pengojek Tua
- Aksi Dulu, Baru Ketemu Aktornya
Pingback:Kalau Sama, Sebut Saja Nama Belakangnya | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Aku, Ibu, dan Seekor Kucing | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Elon Musk Menulis agar Menghindari Penggunaan Dua Kata Ini | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Size Does’nt Matter bila Kita Cuwek soal Pemahaman Kalimat | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Aku, Mahasiswiku, dan Pengojek Tua | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Aksi Dulu, Baru Ketemu Aktornya | Tri Adi Sarwoko