Kita acap menjumpai kata-kata tanpa imbuhan di media kita. Ini tentu saja tidak benar. Semua kata dalam bahasa tulis hendaknya mengikuti kaidah bahasa yang benar. Jadi, bagaimana dong?
Kelisanan tampaknya memang sangat besar pengaruhnya terhadap bahasa media. Akibatnya, imbuhan sering dilesapkan dari kata kerja—terutama awalan me—selain penggunaan kata yang tidak perlu. Hal ini tampaknya juga menular dari tradisi pers kita yang sangat permisif terhadap penanggalan imbuhan dalam judul. Akibatnya, nuansa yang tercipta dari kalimat itu adalah ketakseriusan pengelola media di samping kalimat menjadi tidak baku. Misalnya:
- Pemerintah kita saat ini sedang sibuk juali segala barang untuk sambung hidup.
- Pemerintah harapkan mahasiswa salurkan aspirasinya lalui jalur yang semestinya.
Supaya kalimat itu berterima, semua imbuhan yang semestinya ada pada kata kerja kita kembalikan.
- Pemerintah kita saat ini sedang sibuk menjuali segala barang untuk menyambung hidup.
- Pemerintah mengharapkan mahasiswa menyalurkan aspirasinya melalui jalur yang semestinya.
Ya, semua kata kerja memang sebaiknya menggunakan awalan. Kegamangan penulis atau wartawan untuk memberi imbuhan pada kata-kata yang sudah dianggap tidak berimbuhan membuat kesalahan tersebut terjadi terus—meskipun ada frasa yang memang harus tidak berimbuhan seperti hitung punya hitung, omong punya omong, dan tahu sama tahu.
Penulis kita acap bimbang apa betul ngotot, misalnya, dapat ditulis menjadi mengotot, ngetren menjadi mengetren. Padahal, umumnya kata yang diawali dengan bunyi sengau sesungguh merupakan kata yang sudah mengalami proses nasalisasi akibat pengimbuhan. Hanya, dalam bahasa daerah atau bahasa lisan imbuhannya dihilangkan. Dengan begitu, mengontrak diujarkan ngontrak, menari diujarkan nari, mengecek diujarkan ngecek, mengebor diujarkan ngebor, menulis diujarkan nulis, dan seterusnya.
Begitulah, semoga penjelasan ini dapat membuat kita lebih baik lagi dalam berbahasa. Salam.
Baca juga:
- Komedi Parodi, Komedi Gratisan
- Enggak Seru, Komedi kok Jorok
- Semua Tulisan Cuma Terbagi Tiga
- Meski kembar, Tidak Selalu Bisa Saling Menggantikan
- Ada Tomat Dimakan Buaya, Cermat Berbahasa ya
Pingback:Ada Tomat Dimakan Buaya, Cermat Berbahasa ya - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Mengapa Bahasa Jurnalistik Berbeda? - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Kalau Penat, Lebih Baik Dihindari - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Yuk, Menulis Tahun, Bulan, dan Tanggal dengan Tepat - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Meski kembar, Tidak Selalu Bisa Saling Menggantikan - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Semua Tulisan Cuma Terbagi Menjadi Tiga - Tri Adi Sarwoko