
Karakter lucu dalam komedi situasi ternyata tidak sama dengan karakter lucu dalam lawak. Kok bisa?
Lagi-lagi saya mengutip Dave Evans yang mengatakan bahwa dalam komedi karakter 98%. Maksudnya Evans, dalam sebuah program komedi karakter komedi harus dipegang, karena kelucuan sebuah komedi 98% terletak di sana. Masih ingat, karakter Oneng dalam komedi situasi Bajaj Bajuri. Keluguan dan kebodohannya menjadi sumber joke, karena sering telmi alias telat mikir dan salah dalam mengambil kesimpulan . Karena begitu kuatnya karakter ini, makanya orang terlihat bodoh dan telmi sering dijuluki oneng. Misalnya, dalam kalimat “Oneng banget sih lu, begitu enggak tahu.”
Saya setuju pendapat Evans, tapi dalam konteks komedi situasi. Dalam lawak, karakter hanyalah sebuah wadah yang bisa diisi apa pun. Kendati dia berkarakter cerewet, bisa saja berubah menjadi lembut kalau itu bisa menimbulkan kelucuan. Umumnya juga pelawak melakonkan karakter apapun, dia sejatinya memerankan diri sendiri.
Dalam lawak karakter pemain tidak bulat 98% seperti kata Evans, mungkin hanya sekitar 40%. Bayangkan, Ferry Maryadi yang berpostur macho bisa tiba-tiba menjadi banci tanpa motif apa pun selain agar lucu. Karena itu, saya pernah ikut menulis skenario sebuah komedi situasi yang dikoordinasi oleh seorang penulis kawakan, dia mengatakan bahwa naskah saya lucu, tapi komedi situasi tidak harus lucu seperti itu, yang konyol-konyolan. Kelucuan komedi situasi timbul dari logika yang wajar, kelucuan yang timbul dari interaksi antarkarakter.
Itulah bedanya penulis lawak dan penulis komedi situasi. Untungnya saya cepat belajar. Ya, paling tidak, saya bisa membuktikan bahwa saya memang penulis komedi. Saya juga pernah menulis skenario komedi situasi Suami-suami Takut Istri (Trans TV) ataupun RT Marihot (RCTI) kendati hanya beberapa episode.
Nah, jadi cerita komedi dan lawak itu berbeda meskipun tujuannya sama-sama membuat tawa penontonnya. Kok bisa beda? Ya, memang sudah beda, tidak usah disama-samakan. Salam.
Baca juga:
- Menulis Buku Tak Semudah Bicara
- Bidik yang Jelas, Biar Semakin Berkelas
- Mau Menulis Naskah Komedi, Begini Formatnya
- Diam Saja, Jokenya Basi atau Anda Sendiri yang Basi
- Begini nih, Plot Cerita Komedi
Pingback:Biar Lebih Lucu, Manfaatkan Gestur ya - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Penulis Skrip Komedi Kudu Jeli Memilih Pemain - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Lucu itu Harus Ada Lantarannya - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Salah Benar Penting, Biar Saling Memahami - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Mau Bikin Joke Ciamik, Banyak-Banyak Makan Joke - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Begini nih, Plot Cerita Komedi - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Diam Saja, Jokenya Basi atau Anda Sendiri yang Basi - Tri Adi Sarwoko
Pingback:Bidik yang Jelas, Biar Semakin Berkelas - Tri Adi Sarwoko