Mengakhiri sebuah hubungan akan menyakitkan. Memberi akhiran pada kata akan menjadi mainan. Bagaimana ceritanya bisa seperti itu.
Masih ingat cerita Malin Kundang. Untuk mengakhiri rasa kecewanya yang begitu mendalam terhadap anak kandungnya, yang tidak mengakui dirinya sebagai ibu, Mande Rubayah mengutuk Malin Kundang menjadi batu. Sebuah akhir yang mengubah si Malin yang manusia menjadi sebongkah batu.
Nah, kita sekarang akan membicarakan akhiran. Akhiran ini menjadi seperti kutukan Mande Rubayah, karena kata apa pun yang dilekati oleh akhiran –an akan terkutuk menjadi kata benda alias nomina. Misalnya:
- Kata kerja menjadi kata benda: makan menjadi makanan
- Kata sifat menjadi kata benda: manis menjadi manisan
- Kata benda menjadi kata benda: boneka menjadi bonekaan
Kendati bisa menjadi kata benda, akhiran –an memiliki makna tersendiri seperti:
- Memiliki makna tempat: pangkalan, pijakan, pegangan
- Memiliki makna alat ayunan, gantungan, buaian
- Memiliki makna hal atau cara didikan, binaan, pimpinan, balasan
- Memiliki makna akibat atau hasil perbuatan hukuman, bikinan, tulisan
- Memiliki makna sesuatu yang di… larangan, catatan, suruhan
- Memiliki makna seluruh atau himpunan lautan, sayuran, kotoran, daratan
- Memiliki makna menyerupai anak-anakan, kuda-kudaan, mobil-mobilan
- Memiliki makna tiap-tiap bulanan, mingguan, lusinan
- Memiliki makna mempunyai sifat seperti kuningan, lapangan, asinan
Kendati akhiran ini bisa membentuk kata benda, tentu saja masih harus tetap memperhatikan kelaziman atau keberterimaan. Misalnya, merahan, bentukannya sudah benar merah+an, namun tidak berterima. Selain itu, apa pula maknanya. Bentuk ini akan berterima bila menggunakan bentuk ulang dan imbuhan gabungan (konfliks) ke-an, sehingga menjadi kemerah-merahan.
Begitulah, bila kita berbahasa dengan baik, sejatinya aturan juga sudah menyertainya. Tidak usahlah dicari-cari bentuk kata yang aneh-aneh, yang ujung-ujungnya malah membingungkan pembaca. Salam.
Baca juga:
- Teknik Biar Bisa Memanen Tawa
- Yang Bule, Gaul, dan Kampungan, Boleh Ikut Nimbrung
- Strategi Pertempuran Merebut Tawa
- Kalau Kamu Primitif, Bolehlah Mengeja Bonafide dengan Bonapid
- Kamu Jahat, Mengobok-obok Namaku
Pingback:Strategi Pertempuran Merebut Tawa | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Kalau Kamu Primitif, Bolehlah Mengeja Bonafide dengan Bonapid | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Kalau Sama, Sebut Saja Nama Belakangnya | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Lelucon Porno, Enggak deh! | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Yang Bule, Gaul, dan Kampungan, Boleh Ikut Nimbrung | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Teknik Biar Bisa Memanen Tawa | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Jangan Asal Penggal, Ada Etikanya | Tri Adi Sarwoko