Ada tidak yang berselisih dengan orang terdekat kita hanya karena kita salah menuliskan namanya. Terkadang kesalahannya, menurut kita, tidak fatal. Misalnya Surjani ditulis Suryani. Namun, tampaknya itu menjadi masalah besar buat sebagian orang.
Kenapa? Nama adalah bawaan dari kita bayi. Nama adalah doa. Nama juga menjadi identitas dari suatu silsilah. Itulah mengapa kita harus mengeja nama sama persis dengan ejaan aslinya. Misalnya, Soeharto jangan ditulis dengan Suharto.
Betul ejaan kita sudah berubah. Huruf oe adalah peninggalan ejaan Van Ophuijsen ejaan yang berlaku sekarang adalah PUEBI. Namun, itu tidak berlaku untuk nama. Nama adalah hak prerogatif seseorang. Karena itu, nama yang menggunakan ejaan lama, ya, tuliskan seperti apa yang mereka tulis.
Kalau Anda berkenalan dengan seorang gadis bernama Herlina Soewandi, jangan terus “mundur”. Soewandi itu bisa jadi merupakan nama keluarga, mungkin saja nama kakeknya atau malah nama orang tua kakeknya. Kalau namanya Herlina Suwandi bisa jadi ini adalah nama suaminya.
Ingat /oe/ baru diganti menjadi /u/ ketika Ejaan Soewandi berlaku pada 1947. Namun, pada masa ini masa banyak penggunaan huruf ganda untuk melambangkan satu bunyi, misalnya /j/ ditulis /dj/ seperti pada kata djalan, /c/ ditulis /tj/seperti pada Tjiliwung.
Nah, jelas ya, ejaan pada nama mempunyai sejarah, jadi jangan sembarangan mengganti nama orang dengan huruf yang kita sukai. Nama dengan ejaan lama juga masih dipakai oleh lembaga pendidikan tinggi kita. Misalnya saja, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran.
Penggunaan ejaan lama pada dua nama perguruan tinggi itu untuk menunjukkan bahwa mereka adalah perguruan tinggi yang sudah teruji oleh zaman. Jangan coba-coba mengeja Gadjah Mada menjadi Gajah Mada. Nanti mereka bisa bingung. Nama universitas mana itu, jangan-jangan mereka menduga itu nama universitas baru.
Ada satu contoh lagi. Di Jakarta ada perusahaan bus kota milik pemerintah daerah bernama PPD. Ini menggunakan ejaan lama yang tulisannya Pengangkutan Penumpang Djakarta.
Sampai sekarang namanya masih itu. Dari sini saja kita sudah mengetahui sudah berapa lama perusahaan itu berdiri.
Jadi, kalau ejaan nama biarkan seperti apa adanya. Karena masing-masing mempunyai sejarahnya. Lalu, untuk yang senang menggunakan angka 2 untuk mengulang kata, misalnya gara2 kamu hidupku sia2. Saya meragukan Anda masih muda. Karena penggunaan angka 2 seperti itu berlaku pada masa Ejaan Soewandi. Salam.
Baca juga:
- Siapa yang Menemukan Anda, Pasti Canggih dan Heboh
- Strategi Pertempuran Merebut Tawa
- Kalau Kamu Primitif, Bolehlah Mengeja Bonafide dengan Bonapid
- Jangan Takut, yang Berkelamin Ganda ini Cuma Kata
- Jagalah Alat Vitalmu dalam Komunikasi Tertulis
Pingback:Jangan Takut, yang Berkelamin Ganda ini Cuma Kata | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Jagalah Alat Vitalmu dalam Komunikasi Tertulis | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Bikin Joke sih Gampang, yang Susah Bikin Orang Tertawa | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Duh, yang Menulis itu Kamu Apa Tuhan | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Kalau Kamu Primitif, Bolehlah Mengeja Bonafide dengan Bonapid | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Strategi Pertempuran Merebut Tawa | Tri Adi Sarwoko
Pingback:Yang Bule, Gaul, dan Kampungan, Boleh Ikut Nimbrung | Tri Adi Sarwoko