Selasa, 08 Juli 2025

Bro, Ternyata Media Online Bukan Tanpa Batas

Image by <a href="https://pixabay.com/users/mike_ramirez_mx-8422469/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=6380562">Mike Ramírez Mx</a> from <a href="https://pixabay.com//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=6380562">Pixabay</a>

DI AWAL kemunculannya, media online pernah dianggap sebagai ruang tanpa batas bagi para jurnalis. Banyak yang mengira bahwa di dunia digital, tulisan bisa dibuat sepanjang-panjangnya, tidak seperti di media cetak yang dibatasi oleh ukuran halaman dan ruang kolom. Pemikiran ini cukup masuk akal, karena media digital memang tidak mengenal batas fisik seperti kertas. Namun, kenyataan di lapangan justru berkata sebaliknya.

Alih-alih bisa menulis sepanjang mungkin, jurnalis media online justru dituntut untuk menulis dengan lebih ringkas. Bahasa jurnalistik yang padat, singkat, dan jelas tetap menjadi kebutuhan utama, bahkan semakin mendesak.

Jika di media cetak tulisan sepanjang 800 hingga 1.200 kata masih dianggap wajar, maka di media online, tulisan sepanjang 300 kata saja sudah tergolong panjang. Sebagian besar pembaca media digital lebih menyukai informasi yang cepat dicerna, mudah dipahami, dan tidak memakan waktu lama untuk dibaca. Ini selaras dengan pola konsumsi informasi di era digital yang serba cepat.

Kenapa harus ringkas?

Ada beberapa alasan utama. Pertama, karakter pembaca media online memang berbeda. Mereka lebih suka membaca sekilas, memindai cepat, dan hanya mencari inti informasi. Kedua, media online kini berlomba-lomba menyajikan berita tercepat. Kecepatan menjadi nilai jual utama. Pembaca ingin segera


tahu apa yang sedang terjadi, dan media pun berusaha memenuhi itu dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan, dalam banyak kasus, media online bisa mengalahkan televisi dalam kecepatan pemberitaan.

Namun, dampak negatifnya juga terasa. Karena mengejar kecepatan, kualitas bahasa sering dikorbankan. Salah ketik, kalimat tidak efektif, hingga struktur paragraf yang kacau jadi hal yang sering ditemui. Tingkat kerapihan bahasa pun menurun drastis.

Dari  uraian yang juga pernah disampaikan dalam linkedin itu, sudah saatnya kita melakukan perubahan. Kecepatan memang penting, tapi ketepatan dan kerapihan dalam menyampaikan informasi tidak boleh dikesampingkan. Media online harus tetap menjunjung tinggi kualitas bahasa jurnalistik. Salam.

Baca juga:

Tidak ada komentar: