
TENTU SAJA kita senang, bila siswa mampu mengekspresikan dirinya. Salah satu caranya adalah dengan menulis. Untung ada FLS3N yang mewadahi ekspresi siswa dalam menulis dengan lomba menulis feature (jurnalistik) dan lomba menulis cerpen.
Sama-sama kita ketahui, dunia pendidikan bukan hanya soal angka dan ujian,
melainkan tentang bagaimana siswa bisa mengekspresikan gagasan dan
kreativitasnya. Salah satu ruang ekspresi yang sangat penting adalah ajang
lomba menulis. Yang menjadi fokus saya adalah menulis feature jurnalistik.
Dalam pelaksanaan Festival dan Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FL3SN), para siswa diajak untuk tidak hanya
menjadi pembaca pasif, tetapi juga penulis aktif yang mampu menggambarkan
kehidupan sekitarnya melalui kata-kata. Bukan hanya itu, melainkan juga
berupaya menggali kehidupan orang-orang sekitar dan para tokoh yang
menginspirasi.
Banyak guru dan pembina literasi di sekolah mengaku antusias mendampingi
siswa dalam lomba ini. Karena dari proses menulis itulah, potensi siswa sering
kali muncul—baik dalam hal gaya bahasa, kedalaman analisis, maupun kemampuan
membangun alur cerita.
Menariknya, dalam sebuah catatan tentang pelaksanaan lomba penulisan feature
FLS3N di Bogor, dijelaskan secara rinci bagaimana lomba ini dijalankan,
tantangan peserta, serta semangat para pembina yang tak kalah hebatnya.
Sayangnya kemampuan teknis para guru atau pembimbing ini kurang memadai. Ada beberapa catatan mengenai hal tersebut di sini.
Ajang seperti ini sangat penting untuk terus dilanjutkan, karena menjadi bagian dari upaya menghidupkan budaya literasi di sekolah secara konkret dan berkelanjutan. Selain itu, lomba penulisan feature juranlistik di FLS3N juga mengajarkan kepada siswa untuk tidak sembarangan menulis tanpa memperoleh fakta yang benar.
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar