APA ENAKNYA miring? Relatif sih jawaban, yang suka pasti akan bilang memang harus miring, yang tidak suka bakal bilang ngerepotin. Tapi, yang pasti suatu posisi yang tidak normal akan menarik perhatian. Itulah yang terjadi dengan huruf miring.
Teman muda saya datang lagi, kali ini mengelauh, kenapa ya ada huruf miring, memang fungsinya apa? Langsung saya jawab, huruf miring itu untuk menulis judul buku, nama media massa, kata asing, atau frasa atau istilah yang ingin ditekankan. Dengan cuweknya teman saya itu berujar, “Sudah tahu.” Saya hanya menahan napas, tapi saya tahu yang dia maksud: kenapa huruf-huruf itu harus miring.
Tapi, ups, saya ingat, dia pasti ingin menanyakan alasan logis kenapa judul buku, nama media massa, kata asing, dan menekankan istilah atau frasa harus ditulis dengan huruf miring. Masih ingat, dong, dia juga pernah menanyakan hal yang sama mengenai huruf besar atau kapital.
Okelah, saya akan menjawab pertanyaan itu. Kalau soal bagaimana menggunakan huruf miring, ada PUEBI. Kalau alasan kenapa ada huruf miring, dibolak-balik itu PUEBI tidak bakal ada. Untuk memenuhi rasa penasaran teman saya itu, saya akan menjelaskan.
Meminta perhatian
Sebenarnya hampir tidak jauh berbeda sama penggunaan huruf besar. Huruf miring dibuat untuk menyadarkan pembaca bahwa yang dihadapi bukanlah kata atau frasa yang biasa. Ini saya rasa alasan paling logis. Ketika kita membaca tiba-tiba ada kata yang dimiringkan, itu artinya kata itu menuntut perhatian. Misalnya:
• Saya membaca buku Siti Nurbaya ketika masih kelas enam SD.
Ketika bertemu kata dweleran, apalagi huruf dimiringkan, orang lansung ngeh bahwa kata itu minta perhatian karena bukan kosa kata bahasa Indonesia melainkan kosa kata bahasa Jawa. Lalu, pada kalimat kedua, Siti Nurbaya jelas itu judul buku, konteks kalimatnya sudah menunjukkan itu. Namun, bagaimana bila tidak menggunakan kata buku.
Kalau saya menulis "Saya menemukan Siti Nurbaya di Senen di antara tumpukan sampah", lalu saya menulis lagi "Saya menemukan Siti Nurbaya di Senen di antara tumpukan sampah". Pada contoh pertama, orang langsung yakin bahwa itu adalah nama orang. Namun, pada contoh berikut, dengan memiringkan atau menggarisbawahi Siti Nurbaya, orang langsung tahu bahwa itu hanyalah sebuah buku.
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa huruf miring juga bisa memberi makna pada kata atau frasa. Catatan: huruf miring bisa diganti dengan garis bawah bila memang tidak memungkinkan untuk membuat huruf miring.
Jadi, mengapa huruf harus miring, pertama, karena kata atau frasa yang dimiringkan itu meminta perhatian khusus; kedua, huruf miring juga bisa memberi makna pada kata atau frasa. Ada alasan lain? Ya, pasti ada. Silakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar