Tampilkan postingan dengan label kreatif komedi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kreatif komedi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 November 2009

Mari Melucu, Mari Melawak

Hal yang paling utama dalam melawak adalah melucu Melawak tanpa melucu adalah suatu kemustahilan. Tapi, apa sebenarnya lucu itu?

Seorang pemimpin pabrik tawa Srimulat, Teguh, pernah berujar bahwa lucu itu aneh. Agaknya, inilah yang mendasari mengapa para pemain Srimulat berpenampilan aneh. Lihat saja penampilan Gogon dengan rambut jambulnya, atau Mamik “Kepodang” Prakoso dengan rambut di sisi kepalanya bak bulu burung. Tentu masih ingat Asmuni dengan kumis caplinnya.

Penampilan seperti itu sejatinya juga untuk mempersiapkan penonton bahwa mereka sedang menonton lawak. Dengan begitu, penonton sudah siap untuk tertawa. Itu dari sisi penampilan. Dari sisi lelucon pun Teguh memegang prinsip yang sama. Lucu itu aneh. Aneh itu menyimpang. Tampaknya, soal yang satu ini, sejalan dengan pendapat bahwa lucu itu sesungguhnya adalah logika yang menyimpang. Ada juga yang menyebut logika mencong.

Jadi, lucu itu bila terjadi suatu ketidaklaziman atau aneh itu tadi। Bila orang berpikir lurus atau linear, maka para pelawak harus membelokkan yang lurus tadi. Pelawak memang harus berpikir tidak seperti orang kebanyakan. Misalnya:

Seseorang mencari susu di sebuah toko.

Penjual : Cari susu apa? Susu sapi, susu
kedelai, atau susu kambing।
Pembeli : Susu kupu-kupu.
Penjual : Mana ada susu kupu-kupu
Pembeli : Ada. Susu kupu-kupu malam
Penjual : ?!?

Mari kita lihat. Ketika penjaga toko mengatakan bahwa memangnya kupu-kupu ada susunya. Ini adalah cara berpikir lurus atau linear. Logika ini kemudian dibelokkan oleh orang yang mencari susu dengan menjawab kupu-kupu malam.

Kelucuan terbangun bukan saja karena logika yang mencong, melainkan juga oleh melompatnya pikiran dari kupu-kupu yang merupakan serangga menjadi kupu-kupu malam yang tentu saja manusia। Hal ini pun sesuai dengan formula set-up dan punch line.

Rabu, 19 Maret 2008

Menjadi Kreatif Cagur

KEKECEWAAN LENONG Alternatif distop begitu saja sesungguhnya amat menurunkan mental kami—kelompok Lenong Alternatif. Apalagi kemudian ada rumor, setahun setelah itu sesungguhnya Lenong alternatif akan ditayangkan kembali, tapi terjegal karena jam tayangnya akan dipakai oleh teman-teman saya dalam kelompok Cagur. Memang setelah itu ada program Chating—Canda itu Penting—di TPI.

Kendati hanya rumor, saya sempat agak kecewa, tapi saya malas untuk mencari tahu kebenarannya. Semoga saja itu tidak benar adanya. Sejatinya anak-anak kelompok Cagur ini adalah mitra belajar saya. Mereka belajar melucu melalui Lenong Alternatif yang naskahnya saya tulis, kendati saya bisa bilang mereka memang punya kemampuan melucu juga. Ya, beberapa leluconnnya bisa menjadi batu loncatan untuk membuat joke berikutnya. Ketika mereka mengikuti lomba Humor ala Mahasiswa di RCTI tahun 1997 sehingga keluar sebagai juara kedua, pun saya dan dua teman lainnya—Indro dan Bayu—yang mengkreatifi. Ketika ikut lomba formasi Cagur adalah Narji, Denny, dan Sapto.

Menjadi kreatif lawak

Ya, sudahlah. Bagi saya Lenong Alternatif adalah sejarah dan sebuah workshop bagi keterlibatan saya di dunia televisi. Dua tahun setelah Chating tayang, anak-anak Cagur ini menawari saya untuk ikut terlibat sebagai tim kreatif/penulis naskah lawak mereka. Lama saya tidak menyanggupi. Pasalnya, perbedaan media ucap  menghambat saya untuk bisa berekspresi menulis sebuah treatment.

Saya ketika itu terbiasa menulis naskah panggung yang setnya bisa semau-maunya. Padahal, dalam lawak setnya hanya satu untuk dipakai berbagai adegan. Selain itu, saya juga tidak yakin bisa membuat adegan lucu dalam sebuah treatment. Pasalnya, saya biasa menguraikan naskah lengkap dengan dialog dan deskripsi aksi si pelakon.

Akhirnya saya bisa mengatasi semua persoalan, mulailah saya menjadi penulis treatment komedi. Saya menulis pertama-tama bukan untuk program Chating-nya Cagur tapi untuk Asep Show di TPI pada tahun 2000. Saya menulis bersama Bambang Seno, Mas Darminto, dan Dikcy Chandra. Sejak saat itu saya tergabung dalam tim kreatif Cagur bersama Bambang Seno dan Rudy Sipit. Setahun kemudian, dua teman karib saya Bayu dan Indro juga ikut bergabung.
Namun, akhirnya saya, Indro, Bayu, dan Rudy Sipit—yang lebih banyak berperan sebagai pengatur laku—yang bertahan terus mengkreatifi Cagur. Adapun Bambang Seno lebih banyak nongkrong di TPI, apalagi ketika progam API diluncurkan.

Keluar biar lebih berkembang

Setelah lima tahun kami mulai dihinggapi kejenuhan. Padahal, program komedi yang kami tulisi naskahnya selama menjadi kreatif Cagur dan sekaligus menjadi kreatif PH-nya cukup banyak. Mulai dari Asep show, Chating, Mat Dongeng, Komedi Putarr, Show Time, Ngabuburit Kocag, Ketawa Sebelum Buka, dan Buka Pake Ketawa, dan sebagainya.

Kejenuhan itu memuncak, kendati didahului dengan perselisihan kecil, saya ingin mencari pengalaman baru. Akhirnya pada tahun 2005 saya, Indro, dan Bayu resmi mundur sebagai tim kreatif Cagur. Saya akhirnya menulis untuk Ngelenong Nyok di Trans TV, Bayu ikut bergabung dengan PH yang didirikan Komeng bersama Rudy Sipit. Adapun Indro asyik menekuni hobi melukisnya dan berkebun.

Kendati begitu, saya masih membantu menulis untuk PH yang menaungi Cagur jika diminta. Biar bagaimanapun, kami pernah sebagai satu keluarga yang menjalani susah dan senang bersama-sama.

Baca juga: